-->

SEMBAH SUJUDKU

SEMBAH SUJUDKU
Sungkem

Lembah sunyi masih terus menggaung dalam biduk-biduk hati
Sekian lama kini penantian dalam doa yang selalu dinantikan
Akhirnya kini merekah bagaikan bunga di musim semi


Senandung doa yang tak pernah bisa terganti dalam gelapnya malam
Menanti dan tangis dalam usapan jemari tangan suci
Membasuh dengan lembut dan mesra dalam gelapnya malam


Sembah sujudku kepadamu ibu sebagai baktiku
Setiap langkah menerpa kebaikan yang telah engkau ridhoi ibu
Terima kasih ibu kini aku beranjak dari kecil ke dewasa berkat engkau ibu


Dulu yang lemah dan tak berdaya kini ku bisa setara denganmu
Baktiku padamu ibu untuk menjadi anak yang sholeh
Doa yang selalu kupanjatkan hanya padamu ibu


Aku tahu doa dan semua yang kuberi tak pernah bisa membalasmu
Aku tahu aku tak pernah bisa untuk mengunggulimu ibu
Terima kasih ibu sembah sujudku kepadamu


penantian dalam ketaatan adalah sebuah keutamaan dalam perbuatan
bakti dan pengabdian hanyalah untuk dirimu ibu
keistiqomahan akan selalu ku beri demi dirimu ibu


maafkanlah dinda ini jika dulu kami membuat engkau bersusah payah
berlapar-lapar dalam susah mengurusi aku ibu
maafkanlah dinda ini ibu kutahu hanya allah yang mampu membalas jasamu


dulu engkau yang selalu menjagaku ibu
kini tibalah saatnya aku akan menjagamu
dalam penantian panjang dan keihklasan yang akan selalu kuberi untukmu


Pengarang : Edi Surya Nurrohim


RUPIAH HANYALAH KERTAS

RUPIAH HANYALAH KERTAS
Rupiah

Warnamu mencolok membuat mata jadi tertarik melirik
Tubuhmu tipis terbuat dari kertas
Terkadang menjadi lusuh karena berpindah tangan


Engkau mudah robek dan mudah juga terbakar
Wujudmu manis namun tak seperti yang kelihatan
Kau hanyalah bagian dari sebuah konspirasi dunia


Engkau pasang gambar tokoh pejuang dalam dirimu
Engkau tak sedikitpun menghargai perjuangannya
Bukannya berkembang perekonomian kini justru anjlok karena engkau


Gayamu selangit namun aksimu hanyalah sedikit
Rupiah kini telah menjadi mata uang indonesia
Namun kini hanyalah masalah yang di ciptakan


Kian hari rupiah semakin anjlok bagaikan air terjun
Semakin melorot kelevel terendah dalam sejarah peruangan
Semakin mencekik menciptakan jurang kemiskinan


Semakin melebar membuat kesenjangan makin meradang
Rakyat kian menjerit dan semakin tercekik
Rupiah kini tak punya harga diri lagi dalam semua ekomoni


Rupiah hanyalah kertas yang tak punya harga jika telah rusak
Jangan terlena oleh bujuk rayu manisnya yang telah membuat sengsara
Rupiah bagaikan rubah berbulu domba penipu perekonomian indonesia


Harga-harga semakin melambung dan tak terkendali
Pengahasilan kini tak lagi sesuai dengan yang di harapkan
Jeritan demi jeritan kian menghiassi telinga karena rupiah


Rupiah penyebab segala permasalahan ekonomi
Sampai-sampai nyawapun jadi taruhan  hanya demi mengais rupiah
Seribu dua ribu nyawa melayang ditepi tepi jurang


Malang nian nasib negeri ini yang terus menerus di bodohi oleh rupiah
Mata uang kertas sebagai simbol penjajahan
Semakin dalam mencengkram dan terus menghujam


Pengarang : Edi Surya Nurrohim


KULIHAT RAUT BAHAGIA DI WAJAHMU

KULIHAT RAUT BAHAGIA DI WAJAHMU
Smile

Senyuman itu tak pernah kulupakan walau masa terus berubah
Senyum itu akan selalu kubawa sebagai bunga tidur dalam setiap malam
Amat  berat beban yang telah engkau pikul namun engkau tetap ikhlas dalam perbuatan


Semangatmu adalah pengobar dan pemberi cahaya dalam gelap
Pancaran auramu yang selalu menghiasi hari-hari
Keringat yang selalu kau curahkan bukti dari semua tanggung jawabmu


Punggungmu yang dulu kekar kini sudah terlihat tak seperti dulu
Engkau kini lemah dalam penantian dan menua terlihat dari wajahmu
Kulitmu yang dulu kencang kini terlihat mulai mengeriput


Beban berat yang kau pikul kini mulai mengurang seiring bertambahnya usia
Engkau dulu yang kuat dan perkasa akhirnya mulaii melemah
Kehidupanmu tak seperti waktu mudamu dulu


Ayah kini baktiku padamu untuk selalu menjagamu
Ayah kini baktiku sebagai anak untuk bergantian memikul bebanmu
Jangan takut ayah aku akan selalu ada di sampingmu


Usiamu kini tak seperti masa mudamu dulu
Kini saatnya aku menjagmu dalam lelap dan lelahmu
Menanggung segala urusanmu waktu dulu


Senyummu adalah semangat untuk membuat diri terus maju
Senyummu adalah tanda keikhlasanmu
Raut wajah itu akan selalu kukenang di dalam hati


Ayah terima kasih waktu dulu engkau telah menafkahi kami
Ayah terima kasih dulu engkau yang selalu menasehati kami
Dirimu adalah permata di atas muka bumi ini


Memberi terang sejagad dengan cahaya ikhlas
Memberi semangat dalam setiap tindakan
Semoga allah membalas semua jasamu


 Pengarang : Edi Surya Nurrohim

KEMERDEKAAN SEMU

KEMERDEKAAN SEMU
Semu

Jerih payah setiap perjuangan telah terbayar dengan darah dan air mata
Menimba derita ditengah perjuangan kemerdekaan
Menahan perih dan sakit rasanya meraih perjuangan


Darah telah bercucuran di atas tanah bumi pertiwi
Tanah dan bumi ini menjadi merah dalam cucuran darah para pejuang
Terponggoh sayup mayat-mayat berserakan di atas tanah


Langit ini kembali menangis melihat para pejuang yang tergopoh ditanah
Hujan pun kini semakin membasahi bumi pertiwi
Darah dan air hujan kini bercampur menjadi satu


Perjuangan ini belumlah berakhir sampai detik darah penghabisan
Perjuangan ini adalah awal dari sebuah tanda kemenangan
Kenyataan pahit bukanlah penghalang dalam perjuangan

Kini mulai terlihat secerca cahaya kemerdekaan dalam bayangan
Pahlawan kini tersenyum bahagia melihat bumi pertiwi dalam senyum
Kemerdekaan akhirnya dapat diraih dalam genggaman

Namun sayang kemerdekaan itu semua adalah semu belaka
Bagimana tidak kemerdekaan itu hanyalah sebagai permainan
Permainan dari para penjajah di luar sana


Mencoba merebut kembali dengan cara licik pemikiran
Jika dulu mereka menjajah dengan bedil
Cukuplah sekarang kita di jajah hanya dengan perang pemikiran


Pemikiran yang menjauhkan manusia dari tuhan
Pemikiran yang menjauhkan peran agama dan negara
Kini hancur terurai segala kemerdekaan yang telah tercapai


Hilang dalam rusaknya pemikiran-pemikiran yang banyak menyimpang
Penyimpanngan yang hanya menghasilkan perpecahan dan bukan persatuan
Ummat kini dirampas kemerdekaannya dengan aturan selain tuhan


Rusaknya pemuda ini tanda dari sebuah penjajahan dari pemikiran
Rusaknya ekonomi ini adalah tanda dari rusaknya pemikiran
Pemikiran hanya mengarah pada keuntungan dan kekuasaan


Bersyukur adalah jalan terbaik untuk mengenang jasa pahlawan
Namun hal itu belumlah cukup untuk mencapi semuanya

Saatnya bangkit melawan dari kemerdekaan semu menuju kemerdekaan hakiki

Pengarang : Edi Surya Nurrohim

FACEBOOK

FACEBOOK
Facebook

Tak terasa kini waktu telah beranjak pergi menemani hari-hari
Siang dan malam selalu engkau luangkan hanya demi dirinya
Dirinya yang selalu engkau tatap sepanjang hari


Dirinya yang selalu engkau pegang setiap waktu
Dirinya yang tak pernah engkau bisa lupakan
Candu ya itulah yang engkau dapati kini merasa tak asyik tanpa hiburan


Engkau pasang status hanya demi mendapat perhatian
Perhatian yang tak memberi kemanfaatan
Status yang hanya menampakkan kelebaian dari pemegang


Jari-jarimu semakin lihai dan gemulai dalam memilih kata
Facebookmu itu yang selalu engkau perhatikan
Sementara akhiratmu tak pernah engkau perhatikan

Selalu ada waktu untuk membaca status di dalam facebookmu
Namun tak ada waktu untuk membaca al-qur’an dan mengkaji agamamu
Fanatikmu terhadap facebook melalaikan tujuan hidupmu


Facebookmu jangan sampai melailaikan baca qur’anmu
Facebookmu jangan sampai melalaikan sholatmu
Apalah artinya hidup tanpa ada ibadah


Facebook memanglah kemajuan dari salah satu teknologi
Maju berarti adalah jalan perubahan
Perubahan tak berarti harus dengan kekerasan


Facebookmu jadikan sebagai dakwah pengingat tuhan
 Bukan status yang memuja keduniaan
Karena setiap perbuatan akan di mintai petanggung jawaban


Ingatlah dunia ini hanyalah tempat persinggahan
Akan ada datang masa di mana hidup akan penuh kekekalan
Jangan sampai dirimu terlalaikan dari tugas besar nan panjang

Hidupmu adalah sebuah pilihan yang membawa pada perubahan
Kehidupan di dunia memanglah tak lama

Namun kehidupan di akhirat akan selama-lamanya

Pengarang : Edi Surya Nurrohim

MALAIKAT KECIL ITU

MALAIKAT KECIL ITU
Little Angel

Jemari kecil itu mengingatkan peristiwa yang lalu telah terjadi
Jemari kecil itu menyimpan kenangan perih menyanyat hati
Bungkam, sesak dada ini melihat tragedi memilukan hati


Ketika mereka terkapar tergopoh dengan tenang
Dimana mereka, dimana pemimpin umat ini, dimana kaum muslim yang lainnya
Apakah hati mereka telah mati melihat keadaan ini


Dimana mereka HAM yang selalu meneriakkan semboyan kebebasan
Mengapa mereka diam tak bertindak atas segala kekejihan
Mereka malaikat-mailkat kecil yang tak bersalah


Ampuni kami ya allah karena lalai menjaga umat ini
Ampuni kami ya allah atas segala kekhilafan ini
Begitu murahnya kah nyawa manusia hingga banyak mereka yang terkapar


Terkapar penuh dengan cerita dan derita yang tak pernah terekpos oleh media
Media dan penguasa seakan bungkam melihat segala tentang genosida
Apakah yang sedang mereka pikirkan berdua


Acuh tak acuh dalam segala hal yang dirasa merugikan dirinya
Padahal mereka adalah pelindung umat, kemana mereka bersembunyi
Mungkin saja mereka sedang tidur dikasur barunya yang empuk


Hingga masalah umat ini di lupakan
Mungkin pemimpin kita telah lupa akan urusan umat
Hingga mereka terlena akan indahnya dunia


Marah rasanya melihat keacuhan pemimpin negeri
Benci rasanya diri ini melihat ketidak berdayaan diri ini
Langkah semakin tertatih dalam diam yang semakin membuncah


Merekam jejak ketiadaan dalam derap langkah kehidupan
Menukar kekuasaan dan jabatan hanya demi uang
Menggadaikan iman demi nikmat keduniaan.


Pengarang : Edi Surya Nurrohim

HILANGNYA JEJAK PAHLAWAN

HILANGNYA JEJAK PAHLAWAN
Pahlawan

Jejak-jejak pahlawan kini memudar oleh jaman
Remuk setiap jeri payah dalam kungkungan
Hancur lembur karena kesalahan dan tindakan


Cengkraman asing yang kian tajam menghujam
Bila dulu kitta di jajah dalam bentuk tembakkan
Kini tak seperti apa yang dulu dibayangkan


Kini bangsa ini kian larut dalam penjajahan ideologi pemikiran
Nampaknya negeri ini makin lemah loyo
Sempoyongan tak tahu kemana arah dan tujuan


Tak ada lagi kini pahlawan dalam pembebasan keterkekangan
Kini yang muncul hanyalah pahlawan kesiangan
Rusaknya generasi muda masa kini mebawa sejarah dalam runtuhnya perjuangan


Kemana pahlwan negeri ini
Apakah pahlawan telah hilang dan bermunculan dalam televisi
Carut marut negeri ini tanpa adanya pahlwan


Negeri ini serasa seperti negeri dongeng saja
Semua pahlawan hanya muncul ketika cerita dongeng di bacakan
Mungkin pahlawan kita seedang lelah


Ataukah mungkin pahlawan kita sedang terlelap tidur dalam senyapnya malam
Melangkah jauh untuk melihat asa kedepan
Namun belum ada sedikitpun  gerakan dalam peerlawanan


Ah  apakah mungkin pahlawan kita sekarang  bayaran
Oh kian malangnya negeri ini semakin terseok-seok dalam penjajahan pemikiran
Maafkan kami yang telah merelakan negeri ini di jajah duhai pahlawan terdahulu


Maafkan kami telah menyiakan perjuangan masa lalu
Maafkan kami duhai pahlawan kami telah berkhianat kepadamu
Dulu engkau beri kami dengan air susu


Kini kami mebalasmu perjuanganmu dengan air tuba
Sungguh malu kami melihat ketidak berdayaan ini
Sungguh malu kami mengucap pada anak cucu
Negeri ini belum merdeka, dan negeri ini semakin terjajah


Pengarang : Edi Surya Nurrohim